Guest Speaker BINUS Online Learning “Digital Technology Transformation: Challenges and Opportunities” oleh Sri Safitri
Di era sekarang ini, peningkatan penetrasi internet sedang terjadi. Peningkatan tersebut ditandai dengan banyaknya pengguna mobile yang dapat merubah bisnis dan perilaku. Perubahan tersebut menimbulkan adanya tantangan dan peluang pada transformasi teknologi digital.
Menanggapi transformasi tersebut, BINUS Online Learning menghadirkan Guest Speaker Sri Safitri, Senior Advisor of Chief Digital and Strategic Portfolio di Telkom Indonesia. Sri mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi pada era transformasi digital teknologi ini adalah bagaimana dari sisi perusahaan dapat beradaptasi dengan adanya perubahan dramatis peningkatan digitalisasi.
“Kita harus lebih responsif dengan adanya perubahan pada konsumen yang awalnya secara tradisional, kini berubah ke digital. Perubahan perilaku konsumen tersebut menjadikan perusahaan mau tidak mau harus melakukan transformasi bisnis dalam perusahaan,” jelas Sri.
Selain tantangan, transformasi ini juga menghasilkan peluang bagi masyarakat. Contohnya, sekarang ini seseorang tidak harus selalu bekerja di perusahaan, mereka dapat membuka bisnis sendiri di rumah. Kita dapat melakukan apapun sesuai passion tanpa harus menjadi bagian dari sebuah perusahaan.
Dengan adanya platform digital, sosial media, dan fasilitas-fasilitas yang ada di internet tentunya dapat membuka peluang bagi mahasiswa untuk tidak hanya menjual idenya di dalam Negeri tapi juga keluar Negeri. Kini dapat diibaratkan dunia tanpa batas.
“Saya ingin menggugah mahasiswa dengan adanya transformasi teknologi ini. Dimana ketika mereka ingin bekerja di sebuah perusahaan, mereka harus lebih mempersiapkan bagaimana menghadapi persaingan yang ada di perusahaan nantinya,” jelas Sri.
Ketika adanya peluang, tentunya ada saja faktor-faktor lain yang dapat menghambat. Faktor penghambat yang ada di Indonesia saat ini adalah infrastruktur internet yg tidak merata. Bila di Jakarta internet dapat berjalan lancar, belum tentu di daerah lain seperti Papua, Sulawesi, dan kota lainnya. Hal ini tentunya cukup mengganggu dalam revolusi digital.
“Faktor penghambat lainnya adalah pembayaran. Indonesia terkenal dengan tingkat pencurian data tertinggi ke lima di dunia. Hal itu menimbulkan kekhawatiran bagi para pebisnis di Indonesia. Mereka takut kartu kreditnya dicuri dan hal buruk lainnya yang berhubungan dengan pembayaran,” ujar Sri.
Walaupun dengan segala kendala yang ada, di pasar ASEAN startup tertinggi berasal dari Indonesia, bukan di Singapura. Orang-orang Indonesia tidak kehilangan kreatifitas dan tetap berkaya. Sri melihat bahwa ini adalah peluang di Indonesia untuk memberikan kesempatan orang-orang untuk menjadi entrepreneur.
Saat ini sudah banyak anak-anak muda yang memanfaatkan kemajuan teknologi dengan baik. Kini remaja yang berusia 20-30 tahun sudah bermain di dunia e-commerce dan menjadi rising entrepreneur. Selain itu kini sudah banyak wanita berusia 20-25 tahun transaksinya sebulan dapat mencapai 1-5 Miliar.
“Saya berharap para generasi muda tidak hanya sekedar memainkan gadget saja untuk menghabiskan waktu. Gunakanlah sesuatu yang bermanfaat. Sudah saatnya mereka menggunakan gadget mereka tersebut untuk membuat bisnis dan segera memulainya dari sekarang,” ucap Sri. (AGL)
Comments :