KOMPAS.com – Perguruan tinggi Indonesia sedang berbenah diri dalam menghadapi tantangan revolusi indistri 4.0.

Namun, banyak terjadi blunder dalam menerapkan sistem pembelajaran berbasis teknologi untuk menghadapi tantangan tersebut.

Banyak perguruan tinggi berpandangan memindahkan materi kuliah menjadi online atau menggunakan komputer berspesifikasi tinggi berarti sudah ambil bagian dalam menerapkan pembelajaran berbasis teknologi.

“Kalau sekadar itu, Bina Nusantara (Binus) University  sudah menerapkan sejak tahun 2010. Permasalahan utama adalah bagaimana perguruan tinggi menyiapkan sumber daya manusia yang akan menggunakan atau menciptakan teknologi tersebut,” jelas Rektor Binus University, Prof Harjanto Prabowo dalam kesempatan temu media di Jakarta (19/7/2018)

1. Tantangan era teknologi

Ada beberapa tantangan muncul, bahkan saat ini, dalam menghadapi era revolusi industri 4.0.

“Kecerdasan Buatan (AI), data dan informasi (big data), komputasi awan (cloud technology), internet, uang digital (bitcoin), sosial media hingga keamanan data adalah tantangan yang harus bisa dihadapi para lulusan perguruan tinggi saat ini,” jelas Harjanto.

Penggunaan teknologi telah menggeser atau bahkan telah menghilangkan banyak lapangan pekerjaan saat ini, tambahnya.

Penjaga toko dan tol, buruh pabrik, rumah produksi sudah tergantikan dengan teknologi. Pelayanan di bank telah banyak menggunakan mesin dan digital. Anak-anak sekarang tidak lagi membutuhkan rumah produksi untuk menjadi seorang youtubers, contohnya.

2. Tantangan pendidikan manusia

Harjanto menambahkan, yang menguatirkan saat ini adalah bagaimana teknologi atau mesin sudah mampu ‘belajar’ dalam mengembangkan kemampuannya.

“Data saat menunjukan, 65% siswa SD saat ini nantinya akan bekerja dengan jenis pekerjaan yang akan belum ada saat ini. Jadi untuk apa kita melatih skill tinggi namun bisa digantikan mesin atau komputer nantinya” kata Harjanto.

Oleh karenanya, Harjanto menilai saat ini dunia pendidikan ditantang untuk mampu melahirkan lulusan-lulusan dengan kemampuan yang tidak akan tergantikan oleh mesin dan komputer.

Pendidikan nantinya akan kembali pada hal-hal kemanusiaan mendasar seperti melatih soal rasa, berpikir kreatifitas, sikap kritis, kolaborasi, mengetahui benar salah dan tidak kalah penting karakter.

3. Tantangan dunia kerja

Persoalan ‘link and match’ juga menjadi permasalahan yang muncul dalam diskusi tersebut. Bagaimana dunia pendidikan mampu melahirkan lulusan yang siap menjawab kebutuhan dunia kerja. “Binus mempersiapkan mahasiswanya melalui program “3+1″, yaitu kuliah 3 tahun dan 1 tahun internship atau magang,” kata Harjanto.

Program 3+1 merupakan program yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa semester 6 jurusan apapun untuk merasakan pengalaman kerja di dunia nyata (industri) selama 1 tahun.

Selama setahun sisa masa kuliah mahasiswa belajar di luar lingkungan kampus dan menimba ilmu dari perusahaan-perusahaan multinasional atau global.

Tujuan program ini supaya mahasiswa bisa terjun lebih awal ke dunia kerja. Dengan cara itulah, mahasiswa punya keunggulan tersendiri dibandingkan mahasiswa lain.

Tidak hanya itu, melalui program digital entrepreneur, Binus juga menyiapkan para mahasiswa untuk berani berwirausaha dan menciptakan lapangan pekerjaan di era digital saat ini.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Blunder Paradigma Menghadapi Era Industri 4.0”, https://edukasi.kompas.com/read/2018/07/20/17005141/blunder-paradigma-menghadapi-era-industri-40.
Penulis : Yohanes Enggar Harususilo
Editor : Yohanes Enggar Harususilo