Kamu mungkin sering mendengar berbagai frasa seperti “no pain, no gain” sebagai motivasi saat sedang merasa lelah. Meskipun benar hal ini dapat menjadi motivasi untuk terus bekerja mencapai tujuan, terlalu berlebihan juga bukan hal yang baik. Itulah kenapa hustle culture, yang akhir-akhir ini sering terdengar, bisa jadi sangat menyesatkan. Lantas, apa itu hustle culture dan apa saja dampaknya bagi kehidupan kamu? Berikut informasinya!

Apa itu hustle culture?

Definisi apa itu hustle culture dapat dijelaskan sebagai keadaan bekerja terlalu keras hingga menjadi sebuah lifestyle. Tidak ada hari di mana kamu tidak mengerahkan kemampuan terbaik untuk bekerja, membuat kamu tidak punya waktu untuk kehidupan pribadi. 

Overworking telah dimodernisasi menjadi apa yang dikenal saat ini sebagai hustle culture. Berbagai buku self-help dan pengusaha terkenal “mendukung” hustle culture. Elon Musk, pendiri Tesla, menyebut bahwa seseorang perlu bekerja sekitar 80-100 jam per minggu untuk “mengubah dunia.”

Banyak anak muda menjadikan buku, platform media sosial, dan wirausahawan sebagai inspirasi mengejar kesuksesan sendiri. Tentu tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Namun, sebaiknya usahakan untuk tidak terjebak hustle culture yang kerap mengaburkan garis antara bekerja berlebihan dan kesuksesan.

Dampak hustle culture terhadap kesehatan fisik dan mental 

Setelah memahami apa itu hustle culture, penting juga bagi kamu untuk mengetahui dampaknya terhadap kesehatan fisik dan mental. Berikut ini penjelasannya.

  • Kelelahan

Baik secara mental atau fisik, hustle culture membebani tubuh sehingga membuat kamu kelelahan. Tekanan dari budaya ini membuat seseorang sering kali menetapkan kebiasaan tidak sehat untuk mempertahankan lingkungan kerja. Kamu mulai mengonsumsi kafein tengah malam untuk menyelesaikan tugas, kurang tidur, melewatkan makan, dan hal lain yang dibutuhkan tubuh untuk berfungsi 100%. 

  • Burnout 

Dalam prosesnya, kamu bisa kehilangan minat pada hobi yang sebelumnya membuat kamu nyaman, tidak punya waktu untuk perawatan diri, dan tidak punya waktu untuk bersosialisasi. Inilah realitas hustle culture yang terlalu diagung-agungkan. Banyak hal yang sebetulnya berdampak kurang baik terhadap diri, tapi tanpa sadar telah kamu normalisasi sehingga menyebabkan burnout berkepanjangan.

  • Berbagai penyakit

Apa itu hustle culture kerap dikaitkan dengan kerja lembur. Padahal, bekerja lembur dan mengalami kelelahan berkaitan dengan banyak sekali risiko kesehatan, seperti tekanan darah tinggi, penggunaan alkohol berlebihan, detak jantung tidak teratur, penyakit kardiovaskular, dan depresi. 

Cara menghindari hustle culture

Bekerja keras memang penting, tapi bukan berarti kamu harus selalu menerapkan hustle culture hingga mengorbankan kesehatan diri, baik secara fisik dan mental. Untuk menghindari hustle culture, kamu bisa coba mengaplikasikan beberapa cara berikut ini.

  • Bekerja untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja

Ketika passion menjadi sesuatu yang berlebihan dan ketika jumlah waktu, pikiran, dan energi kamu yang tidak proporsional dicurahkan hanya untuk karier, keseimbangan kehidupan kerja menjadi terancam. Jadi, mulailah bekerja untuk hidup sehingga kamu bisa lebih menikmati hidup. 

Pekerjaan seharusnya tidak membuat kamu stres setiap hari hingga membuatmu merasa kurang berharga. Ketahui kapan pekerjaan menjadi terlalu berat untuk ditangani dan kapan kamu tidak cukup mengeksplorasi potensi. Menemukan keseimbangan adalah kunci.

  • Hindari membandingkan diri sendiri dengan orang lain

Tidak jarang orang melihat sekeliling dan membandingkan diri dengan orang lain. Keinginan untuk mencapai lebih dari orang lain menyebabkan tersisa sedikit waktu untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar menguntungkan kamu secara personal.

Lebih baik fokuslah pada tujuan pribadi. Saat tujuan kamu bukanlah menjadi lebih baik dibanding orang lain, kamu akan lebih rileks untuk bekerja mencapai tujuan tersebut. Temukan hal-hal yang kamu sukai, hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan dan nikmatilah sesekali. 

  • Ketahui batasan diri

Apa itu hustle culture kerap diasosiasikan dengan kerja keras tanpa henti, hari demi hari. Bahkan banyak yang mengatakan bahwa hustle culture artinya kamu tidak berhenti kerja ketika kamu lelah, tapi ketika kamu selesai mengerjakannya. Alhasil, nilai produktivitas pun jadi lebih diagungkan daripada nilai kemanusiaan. Produktif dalam bekerja memang perlu, tapi kamu tetap harus mengetahui batasannya. Jangan sampai produktivitas jadi sesuatu yang toxic hingga berdampak buruk pada kesehatan mental. 

  • Coba cari hobi baru di luar pekerjaan

Hobi menghilangkan stres sehingga membantu kamu lebih nyaman setelah menghadapi deadline, tugas-tugas yang sulit dilakukan, dan harus mendorong diri sendiri setiap hari. Coba carilah hal baru untuk kamu nikmati di luar pekerjaan. Misalnya, jika pekerjaan kamu berkutat pada bidang digital marketing, kamu bisa mencari hobi di luar itu seperti misalnya melukis atau jogging. Dengan begitu, kamu bisa benar-benar bersantai dan tidak stres saat mengerjakan hobi tersebut.

Itulah informasi mengenai apa itu hustle culture dan bagaimana dampaknya terhadap kehidupan. Bukan berarti kamu tidak boleh bekerja keras, yang terpenting adalah menemukan keseimbangan. Jika tertarik belajar lebih banyak, kamu bisa coba BINUS ONLINE LEARNING yang fleksibel dan berkualitas. Kamu bahkan bisa menentukan jadwal kuliah sendiri sehingga membantu untuk menciptakan keseimbangan dalam hidup. Semoga bermanfaat!