Perubahan teknologi yang begitu cepat menuntut setiap perusahaan untuk dapat berkembang mengikuti cepatnya perubahan teknologi. Dibutuhkan budaya adaptif perusahaan dengan kemajuan zaman agar tidak tertinggal dan kalah dalam persaingan bisnis.

Sifat adaptif ini juga harus dimiliki oleh setiap karyawan sebagai operator dari berbagai teknologi yang telah diciptakan. Oleh karena itu, perlu adanya budaya adaptif dalam manajemen perusahaan agar tidak mengalami ketertinggalan dan dapat menghadapi perkembangan zaman. Apa itu budaya adaptif?

Budaya adaptif dalam perusahaan diperlukan agar tidak tertinggal dan kalah dalam persaingan bisnis.

Apa itu budaya adaptif?

Budaya adaptif adalah budaya yang terdapat pada suatu organisasi atau perusahaan yang memiliki perubahan pada karyawan, termasuk cara perusahaan menyelamatkan dan memelihara lingkungan kerja, serta adanya proses perbaikan internal yang berkelanjutan.

Budaya adaptif semakin diperlukan di era globalisasi seperti sekarang ini. Pasalnya, budaya ini dapat mengejar ketertinggalan perusahaan dalam memahami zaman. Jika tidak dilakukan, perusahaan akan kalah dalam persaingan bisnis, hingga mengalami kerugian, bahkan kebangkrutan.

Budaya adaptif dalam perusahaan?

Menurut Effendi (2016), dilansir dari jurnal ilmiah “Budaya Perusahaan Adaptif” yang ditulis oleh Teguh Sriwidadi, Dosen Tetap Business Management, BINUS ONLINE LEARNING, budaya perusahaan adaptif adalah budaya yang memungkinkan organisasi atau perusahaan beradaptasi dengan cepat dan efektif terhadap tekanan internal dan eksternal untuk perubahan.

Secara konsisten, budaya adaptif mendukung lingkungan psikologis yang positif dan memastikan karyawan perusahaan lebih tahan terhadap stres. Karyawan jadi bisa tetap produktif dan tetap merespons perubahan yang ada dengan efektif. Budaya perusahaan adaptif sangat berkaitan dengan nilai-nilai kekeluargaan, kepercayaan, motivasi, komitmen, konsentrasi, serta keterlibatan sosial, serta atribut yang membentuk perusahaan yang sehat secara psikologis dan memiliki tingkat kinerja di atas rata-rata.

Budaya perusahaan adaptif vs tidak adaptif

Masih melansir dari jurnal ilmiah yang sama, ada beberapa pembeda dari perusahaan adaptif dan perusahaan yang tidak adaptif. Apa saja? Temukan jawabannya berikut ini!

  1. Budaya perusahaan yang adaptif

Perilaku yang terlihat – Manajer perusahaan yang adaptif sangat memperhatikan seluruh konstituen mereka, terlebih pelanggannya, dan membuat perubahan untuk mendukung kepentingan, meskipun harus menanggung beberapa risiko.

Nilai yang diungkapkanManajer pun sangat memperhatikan pelanggan, pemegang saham, dan karyawannya. Mereka juga sangat menghargai orang dan proses yang dapat menghasilkan perubahan yang bermanfaat.

  1. Budaya perusahaan yang tidak adaptif

Perilaku yang terlihatManajer pada perusahaan yang tidak adaptif cenderung berperilaku birokratis, tertutup, dan politis. Sehingga, mereka tidak melakukan perubahan strategi untuk menyesuaikan diri secepat mungkin atau mengambil keuntungan dari perubahan yang ada dalam lingkungan bisnis.

Nilai yang diungkapkanManajer lebih memperhatikan diri sendiri, kelompok kerja yang terdekat, atau dengan beberapa produk (teknologi) yang berkaitan dengan kelompok kerja. Mereka lebih menghargai proses manajemen yang teratur dan dengan risiko yang berkurang daripada inisiatif kepemimpinan.

Contoh implementasi budaya adaptif dalam perusahaan

Perusahaan besar yang telah menguasai pasar selama puluhan tahun pun nyaris bangkrut apabila tidak mengikuti perkembangan teknologi. Salah satunya adalah perusahaan taksi BlueBird. Semua orang tahu bahwa BlueBird adalah perusahaan yang merajai pasar transportasi taksi selama puluhan tahun. Sayangnya, perusahaan tersebut sempat mengalami ketertinggalan akibat kalah bersaing dengan moda transportasi online baru.

Saat awal kemunculannya, BlueBird masih bersikukuh dengan cara-cara konvensional hingga akhirnya tergerus oleh perkembangan zaman. Cerdasnya, mengetahui zaman telah berubah dan teknologi semakin maju, BlueBird justru bekerja sama dengan kompetitornya, yaitu Go-Car dari Go-Jek. Sehingga, pengguna layanan Go-Car bisa memilih untuk dijemput taksi BlueBird dengan tarif yang sama.

Tak hanya itu, BlueBird juga melakukan terobosan lain, yaitu bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata. Perusahaan yang sempat memimpin pasar transportasi di Indonesia itu telah memiliki banyak armada di kota-kota besar Indonesia. Hal tersebut dimanfaatkan untuk membantu Kementerian Pariwisata dalam mempromosikan wisata Indonesia dengan menempelkan stiker “Wonderful Indonesia” di setiap armada.

Selain itu, pengemudi taksi BlueBird juga dibekali pengetahuan mengenai destinasi pariwisata setempat, khususnya yang berlokasi dekat dengan bandara. Dengan demikian, pengemudi juga bisa memandu para turis setibanya dari bandara. Ini merupakan kolaborasi yang sangat potensial untuk kedua belah pihak.

BlueBird menjadi bukti nyata bahwa sebesar apa pun perusahaan di masa lalu akan tergerus dan tertinggal apabila tidak memiliki budaya perusahaan adaptif. Perusahaan dapat terus berpegang dengan nilai-nilai organisasi sambil mengikuti tren yang ada di masyarakat dan sesuai dengan kondisi saat ini. 

Ketahui lebih banyak mengenai budaya perusahaan adaptif dengan mengikuti kuliah S-1 online untuk kelas karyawan maupun reguler di BINUS ONLINE LEARNING. Kamu bisa ikut program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) dan menukarkan pengalaman kerjamu menjadi SKS mata kuliah. Yuk, tukar pengalamanmu, raih masa depanmu!