PUSH ATAU PULL? LEBIH DARI SEKADAR MENARIK DAN MENDORONG PERSEDIAAN
Penulis: Muhammad Ramadhan Agya
Banyak referensi yang membahas tentang sistem push dan pull dalam sistem produksi. Namun, Christoph Roser dalam bukunya “All About Production” berpendapat bahwa definisi yang selama ini dikenal keliru dan menyesatkan. Artikel ini akan membahas definisi baru sistem pull menurut Roser, lengkap dengan ilustrasi analogi dan tabel perbandingan untuk memudahkan pemahaman.
Definisi Lama yang Menyesatkan
Istilah “push” dan “pull” secara harfiah berarti mendorong dan menarik. Dalam konteks produksi, selama ini dipahami bahwa sistem push memproduksi barang berdasarkan perkiraan permintaan, sedangkan sistem pull memproduksi berdasarkan permintaan aktual. Definisi ini, menurut Roser, terlalu disederhanakan dan tidak mencerminkan inti sebenarnya dari sistem pull.
Definisi Baru Sistem Pull oleh Roser
Roser mengajukan definisi baru yang menekankan pada batasan persediaan dan sinyal untuk mengisi kembali persediaan. Menurutnya, sistem pull harus memiliki tiga kriteria:
- Batas Target Persediaan yang Jelas: Sistem harus memiliki batasan persediaan yang ditetapkan untuk setiap jenis barang (make to stock) atau keseluruhan pekerjaan (make to order).
- Sinyal Ketika Barang Keluar dari Sistem: Ketika barang meninggalkan sistem dan persediaan berkurang, harus ada sinyal yang memicu pengisian kembali persediaan.
- Jumlah Pengisian Sesuai dengan yang Keluar: Pengisian kembali persediaan atau pelepasan pekerjaan berikutnya harus sesuai dengan jumlah barang yang keluar dari sistem.
Analogi: Supermarket vs Bengkel
Bayangkan sebuah supermarket dan sebuah bengkel sebagai analogi. Supermarket beroperasi dengan sistem pull. Mereka memiliki batas persediaan untuk setiap barang. Ketika persediaan suatu barang menipis (barang keluar dari sistem), kasir mengirimkan sinyal (misalnya, melalui pemindai barcode) untuk memesan barang tersebut dari distributor (pengisian kembali). Jumlah barang yang dipesan pun disesuaikan dengan yang terjual (jumlah yang keluar).
Sementara itu, bengkel tradisional mungkin beroperasi dengan sistem push. Bengkel mungkin memesan suku cadang berdasarkan perkiraan (push) tanpa memperhatikan persediaan yang sebenarnya ada (batasan persediaan). Ini bisa menyebabkan kelebihan stok atau kekurangan stok pada saat dibutuhkan.
Tabel Perbandingan Sistem Push dan Pull
Fitur | Push System | Pull System |
Batas Persediaan | Tidak eksplisit | Eksplisit untuk tiap produk (make to stock) atau keseluruhan pekerjaan (make to order) |
Sinyal Pengisian Ulang | Tidak ada | Ada, misalnya kartu kanban, Reorder Point (ROP) |
Jumlah Pengisian Ulang | Tidak memiliki batasan | Mengikuti batasan maksimum persediaan yang ditetapkan |
Kesimpulan
Definisi baru sistem pull menurut Roser memfokuskan pada pengelolaan persediaan yang lebih ketat dan responsif terhadap permintaan aktual. Dengan batasan persediaan yang jelas dan sistem sinyal untuk pengisian kembali, perusahaan dapat menghindari kelebihan stok dan tercapainya efisiensi produksi.
Pelajaran Penting:
- Definisi lama sistem push dan pull dalam produksi mungkin terlalu disederhanakan.
- Sistem pull yang efektif harus memperhatikan batasan persediaan dan sinyal untuk pengisian kembali.
- Analogi supermarket dan bengkel dapat membantu memahami perbedaan mendasar antara kedua sistem.
Dengan memahami definisi baru ini, perusahaan dapat mengevaluasi sistem produksi mereka dan menerapkan prinsip-prinsip pull untuk mencapai optimalisasi persediaan dan efisiensi produksi.
Sumber Referensi:
Roser, C. (2021). All About Pull Production: Designing, Implementing, and Maintaining Kanban, CONWIP, and other Pull Systems in Lean Production. Luxembourg: Amazon Media