Mahasiswa Prodi Akuntansi Binus Online, Diaz Hesron Deo Simorangkir, berhasil menjadi salah satu Penulis dalam Buku berjudul “Afrika Dalam Pandangan Pemuda Indonesia”, yang diterbitkan oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Addis Ababa. Dalam buku tersebut, Bapak Al Busyra Basnur, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk Ethiopia, Djibouti, dan Uni Afrika berlaku sebagai editor. Artikel Diaz dibukukan pada section 14 dengan judul “Memperkuat Jembatan Persahabatan: Membangun Masa Depan yang Lebih Cerah Melalui Kerja Sama Indonesia-Afrika”.

 

PENDAHULUAN: JALINAN SEJARAH MENUJU HARAPAN BERSAMA

Jauh sebelum kapal-kapal berlayar melintasi samudera luas, benua Afrika dan Indonesia sudah dihubungkan oleh benang-benang peradaban kuno. Pertukaran rempah-rempah dan jalur sutra menjadi saksi bisu interaksi kedua kawasan sejak abad ke-7. Sejarah manusia telah menyaksikan jejak pengaruh budaya dan agama yang merentang jauh melampaui batas geografis. Salah satu contoh menarik adalah keterkaitan historis antara Hindu-Buddha di benua Asia dan kemungkinan jejak-jejak tersebut di kawasan Afrika Timur. Dalam penelusuran sejarah ini, ditemukan indikasi menarik yang mengarah pada potensi pertukaran budaya.

Salah satu titik menarik adalah temuan manuskrip kuno di Jawa Barat yang bertuliskan aksara Ethiopia. Penemuan ini membuat orang-orang masa kini berpikir bahwa adanya interaksi atau pengaruh budaya antara komunitas di Jawa Barat dan wilayah Ethiopia pada masa lalu. Selain itu, bukti-bukti arkeologis di kawasan Afrika Timur juga mengungkapkan adanya peninggalan arsitektur dan seni yang menunjukkan pengaruh Hindu-Buddha. Ini menjadi bukti nyata keterkaitan historis yang terentang jauh melampaui ruang dan waktu.

Benua Afrika dan Indonesia, meskipun terpisah oleh luasnya samudera dan perbedaan geografis, dipersatukan oleh semangat perjuangan dan tekad meraih masa depan yang lebih baik. Sejak Konferensi Asia Afrika yang bersejarah pada tahun 1955, kedua kawasan telah berlayar bersama, mengemban prinsip solidaritas dan kemitraan sebagai kompas perjalanan. Lebih dari sekadar pertemuan diplomatik, konferensi tersebut menjadi benih yang bertunas menjadi hubungan bilateral yang terus berkembang, diwarnai oleh pertukaran budaya, kolaborasi pembangunan, dan dukungan dalam perjuangan melawan kolonialisme.

Dari semangat Bandung tersebut, Indonesia dan Afrika membangun fondasi hubungan yang kuat. Landasan moral dan historis ini menjadi pendorong terjalinnya ikatan kultural yang unik. Batik Indonesia menghiasi perayaan kultural di berbagai negara di benua Afrika, sementara hentakan musik dan tarian Afrika turut memeriahkan pentas seni di Indonesia. Jalinan ini tak hanya terwujud di ranah seni, tetapi juga dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kerja sama pembangunan. Program pertukaran pelajar, beasiswa, dan penyaluran teknologi menjadi jembatan pengetahuan yang saling memperkaya.

Dalam kurun beberapa tahun terakhir, Indonesia semakin gencar memperkuat hubungan dengan negara-negara di benua Afrika. Kerja sama bilateral dan multilateral terus diperluas, menjangkau berbagai aspek kehidupan masyarakat. Bidang ekonomi menjadi salah satu titik fokus, ditandai dengan peningkatan perdagangan dan investasi, serta kolaborasi dalam pengembangan infrastruktur dan pertanian.

Di antara negara-negara di benua Afrika, Ethiopia memegang peranan penting dalam jalinan ini. Berbagai kesamaan sejarah seperti populasi Muslim yang besar dan perjuangan melawan penjajahan, kedua negara membangun hubungan yang dinamis dan saling menguntungkan. Kerja sama di berbagai bidang terus dipupuk, mulai dari pertukaran pelajar hingga kemitraan dalam sektor pertanian dan energi.

Namun, potensi kerja sama Indonesia-Afrika, khususnya dengan Ethiopia, masih menyimpan banyak kesempatan yang belum sepenuhnya dijelajahi. Dinamika global yang terus berubah menuntut inovasi dan terobosan baru dalam menjalin hubungan antar kawasan. Dengan berbekal sejarah panjang, kesamaan aspirasi, dan potensi sumber daya yang melimpah, Indonesia dan Ethiopia berpeluang untuk mengukir babak baru dalam sejarah kerja sama “Selatan-Selatan” yang lebih strategis dan berdampak luas.

Pada era globalisasi ini, kerja sama antarnegara memegang peranan sentral dalam upaya meraih pertumbuhan dan kemakmuran bersama. Indonesia, dengan letaknya di persimpangan antara Asia dan Australia, mengemban tanggung jawab penting dalam membentuk hubungan internasional yang kokoh. Salah satu pokok bahasan utama diplomasi luar negeri Indonesia adalah hubungan dengan negara-negara di benua Afrika, sebuah inisiatif yang tidak hanya bersifat sejarah, tetapi juga menandai kesinambungan komitmen untuk membangun kemitraan berkelanjutan.

Melalui beberapa dekade, dinamika hubungan antara Indonesia dan Afrika telah mengalami pertukaran positif dan pertumbuhan yang saling menguntungkan. Dalam mengamati perkembangan terkini, perhatian khusus diarahkan pada kerja sama Indonesia dengan negara-negara di benua Afrika, terutama Ethiopia. Analisis mengenai perkembangan hubungan ini akan mempertimbangkan faktor politik, ekonomi, dan sosial yang membentuk serta memengaruhi arah kerja sama.

Meninjau keberlanjutan kerja sama ini membawa pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana hubungan bilateral di bawah cakrawala geopolitik global dapat membentuk transformasi lebih lanjut. Inisiatif baru dan upaya bersama antara pemerintah Indonesia dan negara-negara di benua Afrika, termasuk Ethiopia, memberikan bukti bahwa kemitraan ini bukanlah semata-mata sejarah, melainkan juga mencetuskan masa depan yang lebih dinamis.

Fokus pada Ethiopia menjadi langkah yang strategis mengingat posisinya yang sangat berpengaruh di kawasan Afrika Timur. Dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat, Ethiopia menonjol sebagai mitra potensial bagi Indonesia dalam berbagai bidang. Analisis mendalam mengenai perkembangan kerja sama bilateral antara Indonesia dan Ethiopia akan memberikan gambaran yang komprehensif tentang dinamika hubungan ini.

Bersamaan dengan itu, penulisan ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi baru dan strategis yang dapat dihasilkan oleh hubungan Indonesia dengan negara-negara di benua Afrika, khususnya Ethiopia, di berbagai bidang seperti ekonomi, pendidikan, sosial, dan budaya.

 

ISI: MENATAP KE DEPAN, MERAIH POTENSI BARU – Bagian Pertama

Di tengah lanskap dunia yang terus berubah dan cepat, kerja sama antarnegara menjadi faktor krusial dalam mencapai pertumbuhan dan kesejahteraan bersama. Indonesia dan Afrika, dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan populasi yang didominasi oleh masyarakat muda yang penuh semangat, memiliki peluang emas untuk memajukan diri secara bersama-sama.

Berada dalam dunia yang dinamis menuntut adanya sinergi dan keterlibatan antarnegara, di mana kolaborasi menjadi kunci kesuksesan dalam menghadapi tantangan global. Indonesia, dengan letaknya yang strategis di antara dua samudera, menawarkan peluang luar biasa untuk berkolaborasi dengan negara-negara di benua Afrika, menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan.

Afrika, dengan potensi sumber daya alam yang melimpah dan keanekaragaman budaya yang kaya, adalah kawasan yang menarik untuk menjalankan kerja sama yang melibatkan sektor ekonomi, pendidikan, sosial, dan budaya. Dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dan energi positif dari masyarakat yang muda, Indonesia dan Afrika dapat menciptakan kemitraan strategis yang memajukan kedua belah pihak.

Sumber daya alam Indonesia, termasuk pertanian, pertambangan, dan kelautan, dapat menjadi kontributor signifikan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Afrika. Di sisi lain, pengalaman Indonesia dalam pengembangan infrastruktur dan teknologi informasi dapat menjadi modal berharga bagi Afrika yang tengah berusaha mempercepat modernisasi dan perkembangan teknologi.

Pendidikan juga menjadi bidang yang sangat potensial untuk ditingkatkan kolaborasinya. Pertukaran pelajar, program beasiswa, dan inisiatif pendidikan bersama dapat membentuk generasi yang lebih terampil dan terdidik, siap untuk menghadapi tantangan global dan membangun masa depan yang lebih baik.

Sosial dan budaya adalah aspek lain yang dapat memperkaya kerja sama antara Indonesia dan Afrika. Pertukaran seni, budaya, dan nilai-nilai tradisional dapat membangun pemahaman yang lebih baik di antara kedua masyarakat dan menciptakan hubungan yang lebih dalam dan erat.

 

Keteraturan dan Kedisiplin dalam Budaya Antre Ethiopia – Bagian Kedua

Ethiopia, sebuah negara yang kaya akan sejarah dan budaya, menunjukkan nilai-nilai keanekaragaman dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari. Salah satu praktik yang mencerminkan keteraturan dan disiplin yang tinggi di tengah masyarakat Ethiopia adalah budaya antre.

Budaya antre di Ethiopia mencerminkan lebih dari sekadar tata tertib. Hal ini menjadi simbol keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Bahkan dalam acara-acara resmi atau peristiwa sosial, seperti pernikahan atau upacara keagamaan (hari Timket bagi umat Ortodoks), praktik antre masih dijunjung tinggi. Masyarakat Ethiopia menyakini bahwa dengan mematuhi norma antre, mereka dapat menciptakan fondasi yang kokoh untuk kehidupan berkomunitas.

Masyarakat Ethiopia menghargai keharmonisan dan keteraturan dalam setiap aspek kehidupan mereka, termasuk dalam aktivitas sehari-hari seperti antre. Saat menunggu untuk menunggu bis, orang-orang secara alami membentuk barisan dengan tertib. Ketika memasuki bis atau kendaraan umum lainnya, orang-orang Ethiopia menunjukkan sikap yang teratur dan terorganisir. Mereka memahami bahwa antre adalah cara yang efektif untuk mencegah kebingungan dan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua orang.

Tidak hanya dalam transportasi umum, budaya antre juga tercermin dalam berbagai aspek kehidupan sehari-sehari di Ethiopia. Keberlanjutan budaya antre ini juga dapat dilihat dalam keseharian aktivitas ekonomi. Mulai dari berbelanja di pasar tradisional hingga mengakses layanan publik, orang-orang Ethiopia mempraktikkan kebiasaan antre dengan penuh kesadaran akan kebutuhan bersama.

Saat pelanggan datang untuk makan di rumah makan, antrean terbentuk secara alami, menciptakan suasana yang tenang dan efisien. Budaya ini tidak hanya dianggap sebagai suatu aturan formal, tetapi sebagai landasan moral dalam berinteraksi dengan sesama. Hal ini juga mencerminkan semangat solidaritas di antara masyarakat, di mana setiap individu dihargai dan memiliki peran penting dalam menjaga keteraturan.

Melalui budaya antre, Ethiopia mengajarkan bahwa keteraturan adalah salah satu elemen kunci dalam membentuk masyarakat yang adil dan berdaya. Masyarakat yang menghargai keberlanjutan budaya antre ini lebih efektif mengatasi tantangan bersama, menjadikannya sebagai fondasi untuk pembangunan sosial yang berkelanjutan.

Dengan demikian, budaya antre di Ethiopia bukan hanya sebuah kebiasaan, melainkan sebuah nilai yang menguatkan ikatan sosial dan menandai keunikan dalam cara masyarakat mengelola kehidupan sehari-hari mereka.

 

Ketika Satu Meja Menjadi Panggung Pertemuan Tak Terduga – Bagian Ketiga

Di Ethiopia, nilai-nilai toleransi dan kebersamaan terpancar dalam setiap aspek kehidupan, bahkan dalam momen sederhana seperti bersantap di meja makan. Suatu praktik menarik yang sering terlihat adalah ketika semua meja makan di rumah makan telah terisi penuh, namun masih ada beberapa pelanggan yang hanya berjumlah satu atau dua orang. Dalam sikap yang menggembirakan dan semangat toleransi yang luar biasa, orang-orang Ethiopia mempraktikkan kebiasaan memperbolehkan orang lain untuk ikut makan di meja yang sudah terisi, menciptakan suasana kebersamaan yang erat dan suasana inklusif yang mengesankan.

Praktik ini tidak hanya menciptakan ruang tambahan untuk pengunjung yang datang sendiri atau dalam kelompok kecil, tetapi juga menggambarkan norma kebersamaan yang sangat dihargai dalam masyarakat Ethiopia. Meskipun meja makan telah diisi oleh individu-individu yang berbeda, pemahaman kolektif tentang kebutuhan bersama memberikan dasar bagi tindakan toleransi ini. Pelanggan yang telah duduk di meja dengan ramah mengundang orang lain untuk bergabung, menciptakan situasi di mana setiap tempat duduk dianggap sebagai peluang untuk memperkuat ikatan sosial. Terkadang, undangan sederhana untuk berbagi meja dapat menjadi awal dari percakapan yang hangat dan pertukaran budaya yang bermanfaat antarindividu yang sebelumnya mungkin tidak saling mengenal.

Hal ini mencerminkan budaya inklusivitas yang diterapkan dalam berbagai situasi sehari-hari di Ethiopia. Tidak hanya sekadar berbagi meja makan, tindakan ini juga mencerminkan kepedulian terhadap kesejahteraan bersama dan pemahaman bahwa kebersamaan dapat tercipta melalui tindakan-tindakan kecil sehari-hari.

Pentingnya kebersamaan ini terpancar dalam sikap terbuka dan penerimaan terhadap sesama. Tetapi juga melibatkan proses saling berbagi pengalaman hidup dan cerita di tengah keramaian rumah makan. Semua ini menciptakan keseimbangan yang unik antara ruang pribadi dan kebersamaan yang diakui sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari.

Ketika meja yang sudah terisi menjadi panggung untuk pertemuan tak terduga, ini menjadi contoh nyata bagaimana nilai-nilai toleransi dan kebersamaan mewarnai setiap interaksi di Ethiopia. Dalam konteks ini, toleransi bukan hanya sebuah nilai, tetapi menjadi pendorong bagi hubungan harmonis di tengah masyarakat Ethiopia.

Dengan demikian, budaya ini tidak hanya menciptakan pengalaman bersantap yang unik, tetapi juga menguatkan ikatan sosial yang kuat di antara masyarakat Ethiopia, memberikan contoh nilai-nilai luhur yang dapat diaplikasikan dalam setiap aspek kehidupan sehari-hari. Keunikan budaya ini menciptakan ruang bagi individu-individu yang belum saling kenal untuk berbagi pengalaman dan menciptakan momen kebersamaan yang tak terduga di sekitar meja makan yang sibuk.

 

Kesimpulan

Hubungan Indonesia dan benua Afrika memiliki sejarah panjang dan kuat, dengan fondasi moral dan historis yang kokoh. Kedua kawasan memiliki potensi besar untuk menjalin kerja sama yang lebih erat di berbagai bidang, termasuk ekonomi, pendidikan, sosial, dan budaya.

 

Saran

Penulis menyarankan untuk melakukan berbagai hal, antara lain:

  • Penguatan Kolaborasi Ekonomi

Mendorong kerja sama ekonomi yang lebih kokoh dengan fokus pada perdagangan, investasi, dan pembangunan infrastruktur.

  • Perluasan Program Pendidikan dan Pertukaran Pelajar

Memperluas program pertukaran pelajar, beasiswa, dan inisiatif pendidikan bersama untuk membangun generasi yang terampil dan terdidik.

  • Promosi Kerja Sama Sosial dan Budaya

Mendorong pertukaran seni, budaya, dan nilai-nilai tradisional untuk memperdalam pemahaman antara masyarakat Indonesia dan Ethiopia, termasuk negara-negara di benua Afrika.

  • Explorasi Potensi Bisnis Berbasis Masyarakat

Menggali potensi bisnis berbasis masyarakat yang melibatkan komunitas lokal (seperti pertanian, kerajinan tangan, dan pariwisata) di Indonesia dan Ethiopia, termasuk negara-negara di benua Afrika.

  • Forum Dialog dan Pertemuan Tahunan

Mendirikan forum dialog reguler dan pertemuan tahunan antara Indonesia dan negara-negara di benua Afrika, termasuk Ethiopia, untuk membahas isu-isu utama, memperbarui kerangka kerja sama, dan merencanakan proyek-proyek bersama.

Nama:               Diaz Hesron Deo Simorangkir

Nama Kampus:   Universitas Bina Nusantara