Istilah literasi keuangan sepertinya sudah sangat “familiar” terutama bagi generasi muda dewasa ini. Literasi  keuangan merupakan keterampilan dan kemampuan di bidang keuangan yang mencakup pemahaman tentang produk dan konsep keuangan dengan bantuan informasi dan saran serta kemampuan untuk mengidentifikasi dan memahami risiko keuangan dan membuat keputusan yang tepat (Vidovićová 2013: 191, OECD 200520062016).

Pengetahuan mengenai keuangan menjadi hal yang mendasar dalam rangka menentukan pilihan perencanaan keuangan, terkait investasi, pengelolaan keuangan dan keputusan strategis lainnya baik secara personal maupun dalam lingkup organisasi. Pada awalnya pengelolaan keuangan hanya berfokus seputar penyusunan dan pengelolaan anggaran serta pemilihan jenis investasi, namun dewasa ini pengetahuan lebih mendalam mengenai penentuan pendanaan (apakah jangka pendek atau jangka panjang), pemilihan instrument keuangan yang sesuai dengan tujuan pendanaan dan penentuan risiko juga menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan.

Dalam bidang keuangan atau finance, tahapan untuk memiliki literasi keuangan yang mendalam adalah dimulai dari tahap perencanaan keuangan. Individu harus menentukan apa tujuan keuangan yang mau dicapai dan seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan itu. Misalnya bagi kaum muda (pekerja muda) tujuan keuangannya adalah mengumpulkan dana untuk membeli rumah pertama, atau untuk ibadah (umroh, ziarah dll) atau untuk pernikahan. Hitung dulu biaya yang dibutuhkan lalu berapa lama tujuan itu akan dicapai sehingga kita bisa hitung berapa dana yang harus disisihkan sejak sekarang dengan perhitungan present value. Tahapan kedua guna mendukung itu adalah pengenalan mengenai instrument keuangan, produk-produk keuangan dan pasar keuangan (atau pasar modal) di Indonesia. Pemahaman mendasar mengenai regulator keuangan, instrument dan produk keuangan yang ditawarkan pasar menjadi pengetahuan mendasar.

Selanjutnya adalah mengenal profile risiko dari individu. Apakah termasuk individu dengan profile risk konservatif (risiko rendah) yaitu hanya bisa menerima instrument investasi yang beresiko rendah dan cenderung aman seperti deposito dan reksa dana pasar uang. Profile risk moderat (risiko menengah) yang bisa menerima risiko jangka menengah dapat memilih obligasi dan reksa dana pendapatan tetap. Profile Risk Agresif (risiko tinggi) cenderung berani memilih instrument investasi yang high risk, high return seperti saham dan reksa dana saham. Pemilihan instrument investasi hendaknya ditentukan berdasarkan profile risiko investor, tujuan pendanaan, jangka waktu kebutuhan pendanaan dan jumlah dana yang dimiliki oleh investor. Misalnya perencanaan untuk dana pendidikan anak pada jenjang perguruan tinggi tentunya berbeda dengan perencanaan pendidikan anak untuk masuk TK. Perbedaannya ada pada nominal biaya dan jangka waktu dari pencapaian tujuan keuangan tersebut disertai dengan kemungkinan inflasi.

Lalu apa yang perlu dilakukan? Lakukan hal sederhana dulu dengan konsiten dan disiplin dalam mengelola keuangan pribadi, seperti memiliki pos-pos dana yang sudah dipersiapkan. Sebagai contoh dari 100% penghasilan bulanan kita bisa bagi ke dalam 50% untuk konsumsi dan biaya hidup (transport, biaya sehari-hari), 30% untuk dana Pendidikan anak atau cicilan (jika ada misal KPR), 20% untuk tabungan dan investasi, 10% untuk social, zakat dan sumbangan keagamaan. Tentunya proporsi ini tidak mengikat, tetap disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu dan prioritas keuangan yang mau dicapai. Harapannya ketika sudah rutin dan konsisten selanjutnya dapat memilih instrument keuangan yang digunakan untuk menyimpan tabungan dan investasi sesuai dengan tujuan perencanaan keuangan yang diharapkan. Ingat pepatah lama “don’t put your egg on one basket” juga perlu menjadi pertimbangan. Sesuaikan dengan profil risiko diri dan target yang mau dicapai. Selamat belajar dan bertumbuh dalam keuangan Anda !

 

References :

OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) (2005) Improving financial literacy: analysis of issues and policies. Organisation for Economic Co-operation and Development, Paris. Available via OECD. https://www.oecd.org/daf/fin/financial-education/improvingfinancialliteracyanalysisofissuesandpolicies.htm.

OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) (2006) The importance of financial education. The policy brief. Available via OECD. http://www.oecd.org/finance/financial-education/37087833.pdf.

Vidovićová L (2013) Financial literacy in retirement planning context: the case of Czech older workers. In: Phellas C (ed) Aging in European societies. Healthy aging in Europe. Springer, New York, pp 191–203