Dalam beberapa tahun terakhir, konsep Environmental, Social, and Governance (ESG) semakin menjadi perhatian utama dalam dunia bisnis dan investasi. ESG bukan lagi sekadar tren, tetapi telah menjadi kebutuhan mendesak bagi perusahaan yang ingin bertahan dan berkembang di era modern. Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan keberlanjutan, akuntansi berperan penting dalam membantu perusahaan mengukur, melaporkan, dan mengelola kinerja ESG mereka. Namun, pertanyaannya adalah: apakah ESG hanya sekadar tren yang sedang naik daun, atau memang menjadi kebutuhan esensial bagi bisnis masa kini?

ESG dan Perannya dalam Dunia Bisnis

ESG mencakup tiga aspek utama:

  • Environmental (Lingkungan): Fokus pada bagaimana perusahaan mengelola dampak lingkungan, seperti emisi karbon, penggunaan energi, dan limbah.
  • Social (Sosial): Menilai bagaimana perusahaan memperlakukan karyawan, pelanggan, dan komunitas.
  • Governance (Tata Kelola): Melibatkan kebijakan internal perusahaan, transparansi, serta etika bisnis.

Perusahaan yang mengadopsi prinsip ESG dapat meningkatkan reputasi mereka, menarik lebih banyak investor, dan mengurangi risiko hukum serta operasional. Menurut penelitian dari Harvard Business Review, perusahaan yang memiliki strategi ESG yang kuat cenderung memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dalam jangka panjang (Eccles, Ioannou, & Serafeim, 2014).

Peran Akuntansi dalam ESG

Akuntansi berperan penting dalam implementasi ESG dengan menyediakan data yang akurat, transparan, dan dapat diandalkan untuk pemangku kepentingan. Berikut adalah beberapa kontribusi utama akuntansi dalam ESG:

  1. Pengukuran dan Pelaporan ESG

Akuntan bertanggung jawab untuk mengukur dan melaporkan indikator ESG perusahaan. Ini mencakup aspek-aspek seperti jejak karbon, tingkat kesejahteraan karyawan, serta kebijakan tata kelola perusahaan. Pelaporan ESG kini menjadi standar bagi perusahaan yang ingin menarik investor institusional, karena semakin banyak investor yang mempertimbangkan faktor keberlanjutan dalam keputusan investasi mereka.

  1. Menyediakan Transparansi untuk Pemangku Kepentingan

Dengan meningkatnya tuntutan publik terhadap transparansi perusahaan, akuntansi ESG membantu bisnis memberikan laporan keberlanjutan yang kredibel dan sesuai dengan standar global seperti Global Reporting Initiative (GRI) dan Sustainability Accounting Standards Board (SASB).

  1. Identifikasi dan Manajemen Risiko ESG

Akuntan membantu perusahaan mengidentifikasi risiko terkait ESG, seperti regulasi lingkungan yang ketat, tekanan sosial, dan skandal tata kelola. Dengan memahami risiko ini, perusahaan dapat merancang strategi mitigasi yang lebih efektif.

  1. Integrasi ESG ke dalam Laporan Keuangan

Laporan keuangan tradisional kini mulai memasukkan metrik ESG untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang kondisi perusahaan. Misalnya, beberapa perusahaan mulai mengungkapkan “carbon accounting” sebagai bagian dari laporan tahunan mereka.

ESG: Tren atau Kebutuhan?

Beberapa tahun lalu, ESG mungkin hanya dianggap sebagai strategi branding atau tren pemasaran. Namun, seiring dengan meningkatnya regulasi dan tuntutan pemangku kepentingan, ESG telah menjadi kebutuhan bagi perusahaan. Berikut adalah beberapa faktor yang membuat ESG menjadi kebutuhan esensial:

  1. Regulasi yang Semakin Ketat

Banyak negara, termasuk Indonesia, mulai menerapkan regulasi terkait keberlanjutan dan pelaporan ESG. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mendorong perusahaan untuk menerapkan aspek keberlanjutan dalam operasional mereka melalui Peraturan OJK No. 51/POJK.03/2017 tentang Keuangan Berkelanjutan.

  1. Permintaan Investor dan Konsumen

Investor kini lebih selektif dalam memilih perusahaan untuk berinvestasi. Studi dari BlackRock menunjukkan bahwa 88% investor institusional mempertimbangkan ESG dalam keputusan investasi mereka (BlackRock, 2021). Selain itu, konsumen juga lebih memilih produk dari perusahaan yang memiliki nilai keberlanjutan.

  1. Keunggulan Kompetitif dan Reputasi

Perusahaan yang memiliki strategi ESG yang baik cenderung lebih dihargai oleh pasar dan lebih mampu menghadapi krisis ekonomi serta perubahan regulasi. Sebuah studi dari McKinsey menemukan bahwa perusahaan dengan kebijakan ESG yang kuat lebih tahan terhadap krisis finansial dibandingkan perusahaan yang tidak menerapkannya (McKinsey & Company, 2020).

Tantangan dalam Implementasi Akuntansi ESG

Meskipun ESG memiliki banyak manfaat, ada beberapa tantangan dalam implementasinya, antara lain:

  • Kurangnya Standar Global yang Seragam: Berbagai kerangka kerja ESG seperti GRI, SASB, dan Task Force on Climate-related Financial Disclosures (TCFD) masih memiliki perbedaan dalam metrik dan metode pelaporan.
  • Ketersediaan Data: Pengumpulan dan verifikasi data ESG yang akurat masih menjadi tantangan bagi banyak perusahaan.
  • Biaya Implementasi: Integrasi ESG ke dalam bisnis memerlukan investasi yang tidak sedikit, baik dalam teknologi, tenaga kerja, maupun pelatihan.

Akuntansi memiliki peran yang krusial dalam mendukung implementasi ESG di perusahaan, mulai dari pelaporan hingga manajemen risiko. Dengan semakin meningkatnya regulasi, tuntutan investor, dan ekspektasi publik, ESG bukan lagi sekadar tren, tetapi telah menjadi kebutuhan bisnis yang esensial. Oleh karena itu, perusahaan yang ingin bertahan di era modern harus mulai mengadopsi praktik ESG dan menjadikannya bagian dari strategi bisnis mereka.

Referensi

  1. Eccles, R. G., Ioannou, I., & Serafeim, G. (2014). The Impact of Corporate Sustainability on Organizational Processes and Performance. Harvard Business Review.
  2. BlackRock. (2021). Sustainable Investing Report 2021.
  3. McKinsey & Company. (2020). ESG: The Way Forward for Corporate Resilience.
  4. Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (2017). Peraturan OJK No. 51/POJK.03/2017 tentang Keuangan Berkelanjutan.