Oleh: Ridho Bramulya Ikhsan

Dosen Tetap Business Management, Binus Online Learning.

Pendahuluan

Dalam beberapa tahun terakhir, penyalahgunaan sumber daya internet oleh karyawan di dalam perusahaan telah mendapat banyak perhatian bagi para akademisi. Istilah cyberslacking atau cyberloafing digunakan untuk menggambarkan tindakan sukarela karyawan yang menggunakan akses internet perusahaan untuk tujuan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan selama jam kerja (Lim 2002). Para peneliti mengkonseptualisasikan cyberloafing sebagai bentuk penyimpangan produksi di tempat kerja (Lim 2002, Lim dan Teo 2005). Hal ini karena aktivitas cyber (browsing dan email) yang dilakukan di tempat kerja selama jam kerja merupakan penggunaan waktu yang tidak produktif dan mengurangi karyawan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Sehingga cyberloafing dapat dianggap sebagai jenis perilaku kerja kontraproduktif yaitu perilaku yang membahayakan perusahaan dan/atau stakeholder perusahaan (Spector, et al., 2005).

Meskipun perusahaan prihatin dengan hilangnya kinerja karyawan yang terkait dengan aktivitas cyberloafing, beberapa peneliti telah mengidentifikasi bahwa cyberloafing dapat berfungsi sebagai strategi palliative coping terhadap pengalaman tempat kerja yang negatif seperti stres (Stanton 2002, Oravec 2002, 2004, Anandarajan & Simmers 2005). Hal ini penting karena banyak karyawan yang bekerja lebih lama dan cenderung menderita stres kerja dan kelelahan (Maslach dan Leiter 1997). Oleh karena itu, sangat penting bagi perusahaan untuk mengkaji bagaimana cyberloafing dapat berdampak positif atau negatif pada pekerjaan karyawan.

Pembahasan

Aktivitas cyberloafing ditempat kerja dapat memecahkan fokus kognitif karyawan sehingga membutuhkan waktu dan energi untuk kembali fokus pada pekerjaannya. Hal ini dapat meningkatkan peluang kesalahan kerja (Ross, 2018). Aktivitas cyberloafing juga dapat menyebabkan berkurangnya engagement di tempat kerja karena karyawan tidak berinteraksi dan membangun hubungan dengan sesama rekan kerja selama waktu luang (Koay & Soh, 2018). Cyberloafing juga dianggap dapat menurunkan kinerja dan produktivitas perusahaan dan bertentangan dengan etnik kerja yang membahayakan bagi organisasi (Lim & Chen, 2012; Olajide et al., 2018). Chris Stokel-Walker (2020) melaporkan bahwa karyawan beralih dari pekerjaan mereka ke email pribadi, jejaring sosial, dan browsing selama beberapa jam ditempat kerja. Selanjutnya, 6 dari 10 karyawan mengakui bahwa mereka tidak dapat melewati hari kerja tanpa memeriksa sosial media. Facebook adalah penyerap waktu terbesar. Fenomena ini dapat menyebabkan kerugian bisnis sebesar $85 miliar setahun melalui waktu kerja yang hilang.

Perusahaan mengalami peningkatan dalam aktivitas cyberloafing (Garrett dan Danziger, 2008). Ada bukti substansial untuk menyimpulkan bahwa aktivitas cyberloafing menghasilkan biaya yang signifikan bagi perusahaan. Beberapa dampak negatif yang dialami oleh perusahaan, seperti: tindakan disipliner, pemutusan hubungan kerja, pelanggaran kerahasiaan perusahaan dan hilangnya reputasi, tanggung jawab pribadi dan perusahaan serta hilangnya produktivitas miliaran dolar (Weatherbee, 2010). Selain itu, aktivitas cyberloafing dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan penggunaan sumber daya jaringan yang tidak efisien, yang mengakibatkan organisasi tidak kompetitif (Liberman et al, 2011). Cyberloafing dapat menyebabkan masalah pada keamanan sistem informasi dan fungsi umum yang tepat, seperti penyumbatan bandwidth, infeksi spyware, dan penundaan tugas (Lara & Mesa, 2010). Cyberloafing bersifat merusak dan merupakan salah satu bentuk penyimpangan karyawan (Lim, 2002) dan merupakan perilaku yang melanggar norma perusahaan yang signifikan sehingga dapat mengancam kestabilan perusahaan, karyawan, atau keduanya (Beugre dan Kim, 2006: 834). Demikian pula, memproses informasi yang mengganggu di tempat kerja melalui aktivitas cyberloafing menghabiskan sumber daya kognitif yang diperlukan untuk melakukan tugas (Rajah dan Lim, 2011). Cyberloafing juga dapat meningkatkan aksesibilitas ke jaringan perusahaan, yang menyebabkan masalah keamanan dan pemaparan virus dan peretas (Kay et al, 2009).

Namun, aktivitas cyberloafing tidak selamanya memberikan dampak buruk, baik bagi karyawan maupun perusahaan. Aktivitas cyberloafing juga dapat membantu karyawan untuk mengurangi tingkat stres dan kejenuhan akibat dari kelelahan kerja. Ketika maksud karyawan adalah untuk melepaskan diri dari praktik rutin dan melepaskan kecemasan, maka aktiivtas cyberloafing menjadi bentuk perilaku konstruktif (Beugre dan Kim, 2006). Karyawan membutuhkan waktu untuk menyegarkan kembali energi mereka. Ketika karyawan merasa bahagia dan semangat, mereka dapat bekerja maksimal yang mengarah pada kinerja yang lebih baik. Tetapi, disarankan agar karyawan tidak boleh menghabiskan banyak waktu untuk aktivitas cyberloafing. Melalui aktivitas cyberloafing, karyawan bisa mendapatkan wawasan atau ide inovatif untuk mendukung pekerjaannya (Koay & Soh, 2018). Selain itu, cyberloafing dapat berfungsi sebagai ‘mainan kantor‘ untuk mengurangi tingkat stres kerja dan menginspirasi kreativitas (Anandarajan dan Simmers, 2005). Sementara aktivitas cyberloafing dianggap sebagai perilaku negatif, ketika karyawan memanfaatkan waktu singkat pada tugas-tugas yang tidak terkait dengan pekerjaan mungkin memiliki efek positif, termasuk menghilangkan kebosanan, kejenuhan atau stres, sehingga dapat menciptakan kepuasan kerja atau kreativitas yang lebih besar (Vitak et al, 2011).

Kesimpulan

Aktivitas cyberloafing menunjukkan potensi penyalahgunaan waktu dan sumber daya serta hilangnya produktivitas di tempat kerja sehingga tidak boleh dianggap enteng, tetapi menekan karyawan adalah kontraproduktif dan tidak efektif. Keseimbangan yang sehat harus dicapai antara aktivitas cyberloafing dengan penyelesaian pekerjaan di tempat kerja. Apakah ini merupakan masalah atau tidak, kemungkinan besar bergantung pada perilaku spesifik dalam perusahaan.

Daftar Rujukan

Anandarajan, M. and Simmers, C.A., (2005). Developing human capital through personal web use in the workplace: mapping employee perceptions. Communications of the Association for Information System, 15, 776–791.

Beugre, Constant D. and Daeryong, Kim (2006), Cyberloafing: Vice or Virtue? in Mehdi Khosrow-Pour-Ed.book, Emerging Trends and Challenges in Information Technology Management, pp.834-835

Chris Stokel-Walker (2020). Cyberloafing: The line between rejuvenating and wasting time. Diakses dari https://www.bbc.com/worklife/article/20200206-cyberloafing-the-line-between-rejuvenating-and-wasting-time

Garrett, R. Kelly and James N, Danziger (2008). Disaffection or Expected Outcomes: Understanding Personal Internet use During Work, Journal of Computer-Mediated Communication, Vol.13, pp. 937–958

Kay, Bart, Yao Johnson, Alan Chern and Amanda Hing Kangas (2009), Cyberloafing: A Modern Workplace Phenomenon, diakses dari https://www.alanchern.com/documents/Loafing

Koay, K., & Soh, P. C. (2018). Should Cyberloafing be Allowed in the Workplace ? Human Resource Management International Digest, 26(7). https://doi.org/10.1108/HRMID-05-2018-0107

Liberman, Benjamín and Gwendolyn Seidman, Katelyn Y.A. McKenna, Laura E. Buffardi (2011), Employee Job Attitudes and Organizational Characteristics as Predictors of Cyberloafing, Computers in Human Behavior, Vol.27, pp. 2192–2199

Lim, Vivien K. G. (2002). The IT way of Loafing on the Job: Cyberloafing, Neutralizing and organizational justice, Journal of Organizational Behavior, Vol.23, pp.675-694

Lim, Vivien K. G., & Teo, T. S. H. (2005). Prevalence, Perceived Seriousness, Justification and Regulation of Cyberloafing in Singapore: An Exploratory Study. Information and Management, 42(8), 1081–1093. https://doi.org/10.1016/j.im.2004.12.002

Lim, Vivien. K. G., & Chen, D. J. Q. (2012). Cyberloafing at The Workplace: Gain or Drain on Work? Behaviour and Information Technology, 31(4), 343–353. https://doi.org/10.1080/01449290903353054

Maslach, C. and Leiter, M.P, (1997). The truth about burnout: how organizations cause personal stress and what to do about it. San Francisco: Jossey-Bass

Olajide, O., Abdu, M., & Abdul-Qadir, A. B. (2018). Effect of Cyberloafing on Employee Performance among Deposit Money Banks in Kaduna Metropolis. Online Journal of Arts, Management and Social Sciences (OJAMSS), 3(1), 27–37

Oravec, J., 2002. Constructive approaches to Internet recreation to workplace. Communications of the ACM, 45 (1), 60–63.

Oravec, J.A., 2004. When work morphs into play: using constructive recreation to support the flexible workplace. In: M. Anandarajan, ed. Personal web usage in the workplace: a guide to effective human resource management. Hershey, PA: Idea Group Publishing, 46–60.

Rajah, Rashimah and Vivien K. G., Lim (2011), Cyberloafing, Neutralization and Organizational Citizenship Behavior, PACIS 2011 Proceedings, Paper 152, https://aisel.aisnet.org/pacis2011/152.

Ross, J. (2018). Cyberloafing in Health Care: A Real Risk to Patient Safety. Journal of PeriAnesthesia Nursing, 33(4), 560–562. https://doi.org/10.1016/j.jopan.2018.05.003

Spector, P. E., Goh, A., Bruursema, K., Kessler, S., Penney, L. M., & Fox, S. (2005). The Dimensionality of Counterproductivity: Are All Counterproductive Behaviors Created Equal? Journal of Vocational Behavior, 68(3), 446–460. https://doi.org/10.1016/j.jvb.2005.10.005

Stanton, J.M., 2002. Company profile of the frequent Internet user. Communications of the ACM, 45 (1), 55–59.

Vitak, Jessica, Julia Crouse and Robert LaRose, (2011), Personal Internet use at work: Understanding Cyberslacking, Computers in Human Behavior, Vol.27, pp.1751–1759.

Weatherbee, Terrance G. (2010), Counterproductive Use of Technology at Work: Information and Communications Technologies and Cyberdeviancy, Human Resource Management Review, Vol.20, pp. 35-44.

Zoghbi-Manrique-de-Lara, Pablo and Arístides, Olivares-Mesa, (2010) Bringing Cyber loafers Back on the Right Track, Industrial Management and Data Systems, Vol.110, No.7, pp.1038–1053