Design Thinking dalam Industri Penerbangan
Perspektif Baru dalam Penerbangan
Industri penerbangan merupakan salah satu sektor yang terus berkembang dengan tuntutan efisiensi, kenyamanan, dan keamanan. Dalam presentasinya, Gregorius Bryan mengupas penerapan Design Thinking sebagai pendekatan inovatif untuk menjawab tantangan dan tren terbaru dalam penerbangan. Dengan latar belakang sebagai pilot kalibrasi dan pengalaman di dunia penerbangan, Bryan membagikan wawasan tentang bagaimana desain strategis dapat meningkatkan operasional penerbangan dan pengalaman pelanggan.
Penerbangan full service, seperti Singapore Airlines dan Emirates, fokus pada pengalaman pelanggan premium dengan menawarkan fitur unggulan seperti in-flight shower dan private suite. Sementara itu, LCC seperti AirAsia mengutamakan efisiensi biaya melalui strategi seperti penggunaan armada seragam dan layanan tambahan yang dikenakan biaya (seperti bagasi dan makanan).
Bryan menyoroti bahwa meskipun LCC menekan biaya, mereka tetap mempertahankan keselamatan sebagai prioritas. Ideasi dalam bisnis ini diarahkan pada aspek keuangan untuk memastikan harga tiket tetap terjangkau tanpa mengorbankan keamanan.
Bryan membahas perubahan tren dari sistem hub-and-spoke ke point-to-point. Sistem hub-and-spoke, meskipun efisien dalam mengelola volume besar, sering kali menghadapi tantangan seperti waktu transit panjang, konsumsi bahan bakar tinggi, dan potensi keterlambatan yang berdampak luas. Sebaliknya, sistem point-to-point memberikan fleksibilitas dan efisiensi dengan mengurangi waktu transit dan kompleksitas infrastruktur.
Sebagai contoh, Boeing 787 dikembangkan untuk mendukung tren penerbangan langsung (direct flights) dengan teknologi seperti composite materials (CFRP) dan baterai lithium. Namun, inovasi ini juga menemui tantangan, seperti kasus kebakaran baterai pada tahun 2012, yang memerlukan penyempurnaan lebih lanjut.
Penerbangan telah melalui beberapa era dalam meningkatkan keselamatan, dimulai dari fokus pada masalah teknis hingga pendekatan sistem total, yang mempertimbangkan aspek manusia, organisasi, dan teknologi. Dalam konteks ini, autopilot menjadi salah satu inovasi penting yang dirancang untuk mengurangi beban kerja pilot dan meningkatkan keselamatan.
Bryan menjelaskan teknologi seperti Reduced Vertical Separation Minima (RVSM) dan Cat IIIc Autoland, yang memungkinkan pendaratan otomatis bahkan dalam visibilitas rendah. Teknologi ini dilengkapi sistem pendukung seperti altitude alerting system dan SSR transponder, memastikan integrasi yang aman dan efisien.
Design Thinking dalam Operasional Pesawat
Pendekatan Design Thinking diterapkan dalam berbagai aspek penerbangan, seperti:
- Observing: Mengenali perubahan tren dan kebutuhan pasar.
- Designing: Mengembangkan teknologi baru seperti otomasi penerbangan dan peningkatan sistem keselamatan.
- Learning: Mengevaluasi tantangan, seperti penyesuaian teknologi autopilot untuk mengurangi kebutuhan kru.
- Validating: Menguji dan menyempurnakan teknologi baru sebelum implementasi penuh.
Bryan menutup presentasinya dengan menekankan bahwa Design Thinking bukan hanya tentang inovasi teknologi, tetapi juga bagaimana industri penerbangan dapat terus beradaptasi dengan kebutuhan pelanggan dan tantangan pasar. Dengan pendekatan yang terfokus pada pelanggan, efisiensi, dan keselamatan, industri ini siap menghadapi masa depan yang lebih cemerlang.
Sebagai pilot sekaligus praktisi di bidang penerbangan, Bryan memberikan wawasan yang tidak hanya relevan tetapi juga inspiratif bagi siapa pun yang terlibat di sektor ini. Pendekatan Design Thinking akan terus menjadi katalis dalam menjawab tantangan penerbangan modern.
Comments :