Masa Depan UMKM Indonesia: Tren, Tantangan, dan Peluang
Sabtu, 19 April 2025 menjadi hari yang penuh inspirasi bagi para mahasiswa BINUS Online Learning. Dalam suasana diskusi yang santai namun bermakna, Ibu Hartiwi Prabowo memandu sebuah sesi menarik bersama narasumber Andrianto Susilo, S.E., S.Kom., M.M.S.I.—seorang Vice President di PT Bank Central Asia Tbk sekaligus dosen Manajemen di BINUS Online. Topik yang dibahas adalah sesuatu yang sangat relevan bagi masa depan Indonesia: Masa Depan UMKM Indonesia – Tren, Tantangan, dan Peluang.
Diskusi ini diawali dengan pemaparan mengenai betapa pentingnya peran UMKM dalam perekonomian nasional. Menurut Andrianto, UMKM di Indonesia bukan sekadar pelengkap sistem ekonomi, tetapi justru menjadi fondasi utamanya. UMKM saat ini menyumbang sekitar 61% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau setara dengan Rp9.300 triliun, dan menyerap sekitar 97% dari total tenaga kerja di Indonesia. Bahkan dalam konteks ekspor non-migas, kontribusi UMKM mencapai 15%, khususnya dari sektor makanan dan minuman, kerajinan tangan, jasa, dan produk fashion. Dengan total lebih dari 65 juta unit usaha, UMKM benar-benar menjadi motor penggerak ekonomi rakyat. Pemerintah pun tidak tinggal diam, terus mendukung sektor ini melalui skema Kredit Usaha Rakyat (KUR), insentif fiskal, serta program pelatihan dan pendampingan usaha.
Namun, di balik semua angka yang menggembirakan itu, terdapat tantangan yang tidak kecil. Andrianto secara jujur mengungkapkan bahwa masih banyak pelaku UMKM yang menghadapi hambatan besar, terutama dalam hal akses pembiayaan, pemanfaatan teknologi digital, dan pengelolaan usaha yang profesional. Banyak UMKM belum memiliki sistem pembukuan yang rapi, tidak paham pemasaran digital, dan kesulitan bersaing dengan produk luar negeri yang masuk ke pasar Indonesia. Tantangan-tantangan ini semakin nyata di tengah era digital yang serba cepat dan menuntut adaptasi tinggi.
Meski begitu, Andrianto justru melihat peluang besar di tengah tantangan tersebut. Menurutnya, era digital bukan hanya ancaman, tapi justru bisa menjadi batu loncatan bagi UMKM untuk naik kelas. Teknologi digital dan platform e-commerce membuka akses pasar yang sebelumnya tak terbayangkan. Kini, bahkan pelaku UMKM dari desa pun bisa menjual produknya ke seluruh Indonesia—bahkan ke luar negeri—hanya dengan modal internet dan gawai pintar. Dukungan dari pemerintah juga semakin nyata, baik dari sisi regulasi maupun bantuan finansial. Lebih dari itu, ada tren baru di masyarakat yang semakin mengapresiasi produk lokal, ramah lingkungan, dan buatan tangan.
Salah satu poin penting yang disampaikan Andrianto adalah pentingnya inovasi dan keberlanjutan (sustainability) dalam menjalankan usaha. UMKM tidak cukup hanya sekadar bertahan, tetapi harus berkembang dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan zaman. Ia mengajak pelaku UMKM untuk mulai menggunakan teknologi seperti sistem kasir digital (POS), manajemen inventori berbasis cloud, dan strategi pemasaran yang mengandalkan media sosial. Hal-hal tersebut tidak hanya membuat usaha lebih efisien, tapi juga lebih mudah diakses oleh konsumen masa kini.
Lebih jauh lagi, Andrianto juga menekankan pentingnya pendekatan ESG—Environmental, Social, and Governance—bagi UMKM yang ingin bertahan dalam jangka panjang. UMKM yang memperhatikan keberlanjutan lingkungan, menciptakan dampak sosial positif, dan menerapkan tata kelola yang baik, akan lebih mudah mendapatkan kepercayaan dari konsumen, investor, bahkan mitra usaha. Saat ini, pembeli tidak hanya melihat harga dan kualitas, tapi juga nilai-nilai yang dibawa oleh produk dan brand tersebut.
Dalam sesi tanya jawab, banyak pertanyaan menarik dari mahasiswa, mulai dari bagaimana memulai transformasi digital dengan modal terbatas, hingga cara membangun jejaring usaha yang kuat. Andrianto memberikan beberapa strategi konkret, antara lain pentingnya melakukan pelatihan secara rutin untuk meningkatkan literasi keuangan dan digital, membangun kemitraan dengan lembaga keuangan atau startup teknologi, serta menjaga kualitas produk agar tetap konsisten dan sesuai kebutuhan pasar. Ia juga menekankan pentingnya memiliki diferensiasi—produk yang tidak hanya unik, tetapi juga memiliki nilai lokal dan ramah lingkungan.
Sebagai penutup, Ibu Hartiwi Prabowo menyampaikan pesan yang sangat penting: membangun UMKM yang kuat tidak bisa dilakukan sendirian. Harus ada sinergi antara dunia akademik, praktisi, dan pelaku usaha. Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa diharapkan tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga aktor perubahan yang berani mengambil peran—baik sebagai wirausahawan, inovator, maupun profesional yang mendukung perkembangan UMKM di Indonesia.
Acara ini tidak hanya memberikan wawasan baru, tapi juga membangkitkan optimisme. Di tengah tantangan global dan disrupsi digital, UMKM tetap memiliki masa depan yang cerah—asal dikelola dengan cerdas, adaptif, dan berorientasi pada keberlanjutan. UMKM bukan sekadar “usaha kecil,” tapi justru potensi besar yang bisa membawa Indonesia menuju kemandirian ekonomi yang sesungguhnya.
Comments :