Bridging the Gap: The Role of an IT Business Analyst in Driving Business Success
Bridging the Gap: The Role of an IT Business Analyst in Driving Business Success
Penulis: Stephanus Bayu Krisna (SCA’s Team)
Halo BINUSIAN! Masih inget nggak sih, awal tahun kemarin BINUS Online mengadakan seminar dalam program BOLD Series Alumni Pulang Kampus tepatnya pada tanggal 18 Februari 2025 lalu. Meskipun sudah berjalan beberapa bulan lalu, namun topik dan insight yang dibagikan tetap relevan dan menarik dengan dinamika dunia profesional saat ini. Karena itu, mari kita segarkan kembali ingatan kita tentang salah satu sesi BOLD Series yakni “Bridging the Gap: The Role of an IT Business Analyst in Driving Business Success”.
Di tengah pesatnya ketergantungan dunia bisnis terhadap teknologi, peran seorang IT Business Analyst menjadi semakin vital dalam menjembatani kesenjangan antara kebutuhan bisnis dan solusi teknologi yang tepat guna. Dengan kemampuan analisis mendalam, komunikasi lintas tim yang efektif, serta pemahaman strategis terhadap implementasi teknologi, peran ini berkontribusi besar dalam meningkatkan efisiensi operasional sekaligus mendukung pengambilan keputusan strategis.
Hadir sebagai narasumber pada seminar kali ini, seseorang yang telah berpengalaman langsung di bidang IT Business Analyst, yaitu Ibu Devie Andriyani, S.Kom., selaku IT Business Analyst di PT. Chubb Life Indonesia, sekaligus alumni dari program studi Computer Science BINUS Online. Tak lengkap jika seminar kali ini tidak dipandu oleh seorang moderator, dan moderator pada seminar kali ini Ibu Erlinda Silvia yang merupakan mahasiswa prodi Sistem Informasi BINUS Online.
Banyak yang masih salah kaprah mengenai apa sebenarnya yang dilakukan oleh seorang IT Business Analyst. Tak sedikit yang mengira bahwa posisi ini berkaitan dengan pemrograman, pengelolaan infrastruktur IT, atau bahkan layanan pelanggan. Kenyataannya, tugas utama IT BA atau IT Business Analyst adalah menganalisis kebutuhan bisnis dan menjembatani komunikasi antara tim bisnis dan tim teknologi. Seorang IT BA tidak menulis kode, tetapi memastikan bahwa solusi teknologi yang dikembangkan benar-benar menjawab kebutuhan strategis organisasi. Dengan kemampuan menerjemahkan bahasa bisnis ke dalam bahasa teknis, seorang IT BA memastikan setiap solusi IT yang dibangun tepat guna, relevan, dan berdaya saing.
Peran strategis seorang IT BA semakin dikuatkan oleh data yang disampaikan dalam pemaparan Ibu Devie, yakni temuan dari Carnegie Mellon University yang menunjukkan bahwa 90% kesuksesan proyek sangat bergantung pada kualitas requirement. Bahkan, sebanyak 25–40% anggaran proyek kerap terbuang untuk rework akibat requirement yang tidak jelas, sementara 70–85% biaya perbaikan proyek berkaitan langsung dengan buruknya dokumentasi kebutuhan. Tidak hanya itu, 60–80% kegagalan proyek juga bersumber dari kurangnya proses elicitation, analisis, dan manajemen kebutuhan. Semua fakta ini menegaskan bahwa keberadaan IT BA bukan pelengkap, melainkan elemen krusial dalam kesuksesan implementasi solusi teknologi.
Dalam praktiknya, IT BA menjalankan alur kerja sistematis yang terdiri dari lima tahap utama. Pertama, identifikasi masalah bisnis yang sedang dihadapi, baik dari sisi operasional, pelanggan, maupun sistem. Kedua, pengumpulan kebutuhan (requirement gathering) melalui diskusi dan wawancara dengan para pemangku kepentingan. Ketiga, data yang telah dikumpulkan dianalisis dan dituangkan dalam dokumen seperti BRD atau FRD yang menjadi acuan tim pengembang. Keempat, IT BA berperan dalam menjembatani komunikasi antara tim bisnis dan teknis, agar solusi yang dibangun sesuai ekspektasi. Terakhir, mereka turut mendampingi proses pengujian dan implementasi untuk memastikan setiap fitur berjalan optimal.
Tanggung jawab seorang IT BA sangat luas dan strategis. Mereka harus memahami objektif bisnis, mengumpulkan dan mendokumentasikan kebutuhan secara akurat, mengalokasikan sumber daya, mengelola stakeholder, serta memantau kemajuan proyek. Ini menunjukkan bahwa peran IT BA tidak hanya menuntut keahlian analisis, tetapi juga kepemimpinan dan manajemen proyek. Selain itu, mereka juga dituntut untuk memiliki keterampilan interpersonal yang kuat, karena harus mengomunikasikan kebutuhan dan solusi dengan berbagai pihak dari latar belakang berbeda.
Namun, peran ini tidak lepas dari yang namanya tantangan. IT BA sering dihadapkan pada kurangnya pengetahuan domain bisnis, perubahan kebutuhan yang cepat, kesenjangan komunikasi antara pihak bisnis dan teknis, serta ekspektasi stakeholder yang beragam. Belum lagi tekanan untuk selalu mengikuti perkembangan teknologi terkini agar solusi yang ditawarkan tetap relevan dan kompetitif.
Meski demikian, karier sebagai IT Business Analyst menjanjikan peluang yang sangat luas. Profesi ini dibutuhkan hampir di semua sektor industri dari keuangan, asuransi, logistik, hingga kesehatan. Permintaan terhadap IT BA juga terus meningkat seiring pesatnya digitalisasi di berbagai lini bisnis. Tak hanya memberikan kontribusi nyata terhadap kesuksesan proyek, profesi ini juga membuka peluang pengembangan diri yang berkelanjutan, baik secara profesional maupun finansial.
Seperti yang dipaparkan oleh Ibu Devie, IT Business Analyst bukan sekadar “penerjemah” antara kebutuhan bisnis dan solusi teknologi, tetapi juga arsitek strategi digital. Mereka memiliki peran sentral dalam memastikan bahwa inovasi teknologi benar-benar membawa dampak positif bagi organisasi. Maka dari itu, menjadi IT BA adalah pilihan karier yang sangat menjanjikan bagi individu yang siap menghadapi tantangan, mengasah keterampilan komunikasi dan analisis, serta berkontribusi dalam transformasi digital masa depan.
Comments :