Industri manufaktur memegang peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain menjadi sektor andalan dalam membuka lapangan kerja, industri ini juga berkontribusi besar terhadap pembangunan yang lebih merata. Namun, seiring meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, muncul dorongan kuat agar proses produksi di industri juga memperhatikan aspek keberlanjutan. Di sinilah konsep green manufacturing dan lean manufacturing mulai menjadi sorotan.

PT XYZ adalah salah satu perusahaan manufaktur kimia yang memproduksi tinta cetak, seperti tinta offset, gravure, dan news ink. Dengan meningkatnya permintaan pelanggan, perusahaan ini menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan produktivitas dengan efisiensi kerja di lini produksi. Sayangnya, proses produksi yang berlangsung masih menyisakan banyak pemborosan (waste) dan belum sesuai dengan prosedur standar. Akibatnya, perusahaan seringkali kesulitan memenuhi permintaan pelanggan tepat waktu.

Untuk mengatasi hal tersebut, penelitian dilakukan dengan pendekatan lean manufacturing, yaitu metode untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah dalam proses produksi. Dengan menggunakan alat bantu seperti Value Stream Mapping (VSM), Waste Relationship Matrix (WRM), dan Waste Assessment Questionnaire (WAQ), perusahaan dapat melihat secara jelas di mana saja pemborosan terjadi dan apa penyebab utamanya.

Hasil analisis menunjukkan bahwa pemborosan terbesar berasal dari produk cacat (defect), proses transportasi, dan overprocessing. Akar masalah ini ditemukan melalui diagram fishbone dan analisis 5W+1H, yang mengarah pada kurangnya pelatihan karyawan, fasilitas kerja yang belum optimal, serta sistem penyimpanan alat yang tidak efisien.

Dari Lean ke Green: Mewujudkan Produksi yang Berkelanjutan

Namun, efisiensi saja tidak cukup. Di era industri modern, perusahaan juga perlu mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan. Di sinilah pendekatan green manufacturing menjadi relevan. Konsep ini menekankan pentingnya produksi yang tidak hanya efisien, tetapi juga ramah lingkungan. Misalnya, dengan menggunakan bahan baku yang aman bagi lingkungan, mengurangi emisi, menghemat energi, dan menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle).

Green manufacturing tidak hanya membantu menjaga lingkungan, tetapi juga bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen dan mitra bisnis yang kini lebih peduli terhadap isu keberlanjutan. Strategi yang bisa diterapkan meliputi:

  • Penggunaan energi terbarukan atau teknologi rendah emisi
  • Optimalisasi penggunaan air dan pengolahan air limbah
  • Mengurangi limbah produksi dan meningkatkan efisiensi bahan baku

Dengan menggabungkan konsep lean dan green manufacturing, yang dikenal sebagai lean-green manufacturing, perusahaan tidak hanya mengurangi pemborosan dan meningkatkan produktivitas, tetapi juga turut menjaga lingkungan.

Meskipun manfaatnya besar, menerapkan green manufacturing memang tidak mudah. Biaya awal untuk teknologi ramah lingkungan dan keterbatasan sumber daya manusia yang memahami teknologi hijau menjadi kendala tersendiri, terutama bagi industri menengah dan kecil. Selain itu, dukungan pemerintah dan kebijakan yang mendorong keberlanjutan juga sangat dibutuhkan untuk mempercepat transisi ke sistem produksi yang lebih hijau.

Untuk PT XYZ, langkah awal bisa dimulai dengan:

  • Memberikan pelatihan terkait product knowledge dan kesadaran lingkungan kepada karyawan
  • Menambah fasilitas seperti forklift dan rak kerja untuk meningkatkan efisiensi kerja
  • Mulai mengadopsi bahan baku dan energi yang lebih ramah lingkungan

Dengan mengadopsi lean-green manufacturing, PT XYZ berpotensi meningkatkan daya saingnya, tidak hanya dari sisi produktivitas, tetapi juga dari sisi keberlanjutan. Di masa depan, keberhasilan perusahaan tak hanya diukur dari output, tapi juga dari seberapa besar kontribusinya terhadap lingkungan dan masyarakat.

Referensi: