Perkembangan teknologi digital yang sangat pesat, seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), dan digital twin, telah mendorong perubahan mendasar dalam sistem produksi di dunia industri. Transformasi ini tidak lagi sekadar berfokus pada peningkatan efisiensi dan otomatisasi, melainkan juga menempatkan manusia sebagai pusat dari seluruh sistem. Pendekatan ini dikenal sebagai human-centric manufacturing, yang mengedepankan peran manusia sebagai elemen kunci dalam pengambilan keputusan, perencanaan, dan pelaksanaan proses produksi. Teknologi dihadirkan bukan untuk menggantikan peran manusia, melainkan untuk mendukung dan memberdayakan mereka secara lebih optimal.

Peralihan dari Industri 4.0 ke Industri 5.0

Konsep human-centric muncul sebagai respons terhadap kekurangan pendekatan Industri 4.0 yang terlalu menitikberatkan pada otomatisasi dan integrasi sistem siber-fisik. Dalam Industri 5.0, manusia diposisikan kembali sebagai mitra teknologi, bukan sekadar operator. Transformasi ini memungkinkan terciptanya kolaborasi antara kecerdasan manusia dan kemampuan sistem cerdas, sehingga proses produksi menjadi lebih adaptif, inovatif, dan berkelanjutan. Salah satu implementasi penting dari pendekatan ini adalah penerapan Human-Centric Digital Twin, yaitu sistem yang tidak hanya memodelkan kondisi fisik mesin, tetapi juga mempertimbangkan aktivitas manusia di dalam sistem produksi (Cao et al., 2025).

Peran Teknologi dalam Mewujudkan Sistem Human-Centric

  • Digital Twin yang Terintegrasi dengan Aktivitas Manusia

Awalnya, digital twin hanya digunakan untuk memantau dan memodelkan performa mesin secara virtual. Namun, kini pendekatannya berkembang untuk mencakup aspek manusia—seperti beban kerja, pergerakan, dan kondisi ergonomis. Hal ini memungkinkan proses produksi tidak hanya menjadi lebih efisien, tetapi juga lebih manusiawi. Longo et al. (2022) menunjukkan bahwa penggunaan digital twin yang dikombinasikan dengan augmented reality (AR) dan perintah suara dapat memberikan informasi langsung dan intuitif kepada operator, sehingga mempercepat proses belajar dan meningkatkan respons terhadap situasi produksi yang dinamis.

  • Pengembangan Human–Machine Interface (HMI) Adaptif

Penerapan antarmuka manusia–mesin yang adaptif menjadi elemen penting dalam sistem human-centric. HMI adaptif dirancang untuk menyesuaikan tampilan informasi sesuai dengan kemampuan pengguna, seperti tingkat pengalaman dan kapasitas kognitif. Dalam penelitian Villani et al. (2017), sistem HMI yang memberikan pelatihan terintegrasi dan feedback langsung kepada operator mampu meningkatkan akurasi kerja serta menurunkan tingkat kesalahan. Ini memperkuat gagasan bahwa keterlibatan manusia dalam sistem produksi harus didukung oleh teknologi yang memahami kebutuhan dan kemampuan mereka.

Manfaat Strategis Sistem Produksi Human-Centric

Pendekatan human-centric menawarkan berbagai manfaat nyata bagi industri. Salah satunya adalah peningkatan produktivitas tanpa mengurangi peran manusia. Studi kasus di pabrik Siemens Amberg menunjukkan bahwa meskipun tingkat otomatisasi sangat tinggi, jumlah tenaga kerja tetap dipertahankan. Produktivitas justru meningkat secara signifikan berkat integrasi peran manusia dengan sistem cerdas. Selain itu, sistem ini memberikan fleksibilitas lebih besar dalam menghadapi perubahan pasar dan memungkinkan produksi yang lebih personal dan responsif. Kesejahteraan pekerja pun meningkat karena teknologi disesuaikan dengan kebutuhan mereka, bukan sebaliknya.

Tantangan dan Kebutuhan Penyesuaian

Meskipun memiliki potensi besar, implementasi sistem produksi human-centric juga menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan utama adalah kebutuhan investasi awal yang tinggi untuk infrastruktur teknologi seperti AI, VR, dan digital twin. Selain itu, perusahaan perlu menyiapkan sumber daya manusia yang mampu mengoperasikan dan memahami teknologi tersebut melalui pelatihan dan reskilling. Tidak kalah penting adalah perlunya perubahan budaya kerja, di mana perusahaan harus melihat manusia bukan sekadar pelaksana, tetapi sebagai mitra dalam inovasi.

Transformasi sistem produksi menuju model human-centric merupakan langkah strategis dan esensial di era digital saat ini. Pendekatan ini menekankan bahwa teknologi seharusnya memperkuat dan mendukung peran manusia, bukan menggantikannya. Dengan mengintegrasikan teknologi seperti digital twin, HMI adaptif, serta dukungan AI dan AR, perusahaan dapat menciptakan sistem produksi yang lebih efisien, fleksibel, dan berkelanjutan tanpa mengesampingkan faktor kemanusiaan. Dalam jangka panjang, transformasi ini tidak hanya akan meningkatkan daya saing industri, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan bermartabat bagi para pekerja.

Resources:

Cao, W., Wu, M., Lin, X., et al. (2025). A Human-Centric Digital Twin for Real-Time Production Optimization: Implementation Based on ISO 23247. arXiv:2508.14580. https://arxiv.org/abs/2508.14580

Longo, F., Nicoletti, L., & Padovano, A. (2022). Human-Centric Digital Twin in Smart Manufacturing Using AR and Voice Interfaces. arXiv:2206.03268. https://arxiv.org/abs/2206.03268

Villani, V., Pini, F., Leali, F., & Secchi, C. (2017). Survey on Human–Robot Collaboration in Industrial Settings: Safety, Interfaces and Applications. arXiv:1706.08467. https://arxiv.org/abs/1706.08467

https://www.freepik.com/free-photo/finger-pressing-red-icon_969731.htm#fromView=search&page=1&position=13&uuid=eccbbbf2-04a0-432e-b7f8-28933309d06b&query=human+centric