Ciptakan Nilai Melalui Analisa Media Sosial

Media sosial telah menjadi fenomena global yang mengubah cara individu, organisasi, dan pemerintah berinteraksi. Platform seperti Facebook, Twitter (sekarang X), Instagram, YouTube, dan LinkedIn tidak hanya menyediakan sarana komunikasi dan jejaring sosial, tetapi juga menghasilkan volume data yang sangat besar. Data ini mencakup opini, perasaan, aktivitas, preferensi, serta hubungan antar pengguna yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan wawasan yang berharga.Dengan memanfaatkan jumlah data media sosial yang sangat besar, organisasi dapat mengenali pola perilaku pelanggan dan mengidentifikasi tindakan yang mendorong penciptaan nilai yang signifikan.
Sebuah studi yang dilakukan oleh MIT Sloan Management Review menegaskan hal ini, dengan menunjukkan bahwa 67% dari 2.500 responden survei melaporkan memperoleh keunggulan kompetitif dan mendorong inovasi melalui penerapan analitik (Kiron et al., 2013). Meski demikian, banyak bisnis masih kesulitan untuk menghasilkan nilai dari data media sosial (Kiron et al., 2014).
Analisis media sosial (social media analytics) muncul sebagai bidang penting untuk mengekstraksi, mengukur, dan menafsirkan nilai dari data sosial tersebut. Organisasi dapat menggunakan wawasan ini untuk meningkatkan pengambilan keputusan, memahami perilaku pelanggan, mengidentifikasi tren pasar, memperkuat reputasi merek, serta merespons isu secara cepat.
Model model penciptaan nilai analitik media sosial (Social Media Analytics Value Creation – SMAVC) menjelaskan bagaimana organisasi dapat mengekstrak dan mempertahankan nilai dari analisis media sosial melalui empat tahapan utama:
-
- Define the Value (Mendefinisikan Nilai)
Organisasi harus mengidentifikasi tujuan strategis dan memahami bagaimana media sosial dapat mendukung pencapaian tujuan tersebut.
2. Align the Value (Menyelaraskan Nilai)
Analitik media sosial harus selaras dengan proses bisnis, model bisnis, dan tujuan organisasi secara keseluruhan. Penyelarasan ini memastikan bahwa wawasan yang dihasilkan relevan dan dapat ditindaklanjuti.
3. Capture the Value (Menangkap Nilai)
Melalui berbagai metode analisis — seperti analisis jaringan, teks, audiens, tindakan, mesin pencari, lokasi, maupun hyperlink — organisasi dapat mengekstrak wawasan konkret dari data sosial untuk menciptakan nilai bisnis.
4. Sustain the Value (Mempertahankan Nilai)
Nilai yang diperoleh harus dikelola agar tetap memberikan manfaat jangka panjang. Hal ini melibatkan pengembangan kapabilitas analitik, penerapan praktik terbaik, serta memastikan aspek etika, privasi, dan keamanan terjaga. Penelitian oleh McKinsey memperkirakan bahwa pemanfaatan media sosial secara efektif dapat meningkatkan produktivitas bisnis hingga 20–25%, khususnya dalam sektor yang sangat bergantung pada interaksi pengetahuan. Angka ini menegaskan potensi besar media sosial sebagai sumber nilai yang dapat dikapitalisasi oleh organisasi.
Referensi :
- Khan, Gohar F. (2024), Creating Value with Social Media Analytics , 3rd Edition, Seatle WA 98108-0683 USA, CreateSpace Independent Publishing, ISBN: 9798325038679
- Kiron, D., Ferguson, R. B., & Prentice, P. K. (2013). From Value to Vision: Reimagining the Possible with Data Analytics. MIT Sloan Management Review: Spring Research Report, 1-19.
- Kiron, D., Prentice, P. K., & Ferguson, R. B. (2014). The analytics mandate. MIT Sloan Management Review, 55(4), 1-25.
Comments :