Media sosial tidak boleh berdiri sendiri sebagai aktivitas komunikasi atau promosi, tetapi harus menjadi bagian integral dari strategi bisnis yang lebih luas.

Filosofi Yin dan Yang dari Tiongkok kuno untuk menggambarkan hubungan antara social media analytics dan business strategy. Pendekatan simbolis yang menarik untuk memahami keseimbangan dan keterhubungan dua kekuatan yang tampak berlawanan. 

Figure 1. Pendekatan Yin and Yang 

Dalam konteks filosofi Yin–Yang, terdapat tiga pelajaran penting yang relevan bagi pimpinan atau Chief Information Officer khususnya yang akan mengembangkan atau menggabungkan sosial informatics: 

1. Balance (Keseimbangan) 

  • Analitik sosial tidak boleh terlalu pasif (hanya menganalisis tanpa bertindak), dan strategi bisnis tidak boleh terlalu agresif (bertindak tanpa data). 
  • Keduanya harus berjalan dalam ritme yang seimbang: observe – interpret – act. 

2. Harmony (Keharmonisan) 

  • Media sosial dan bisnis tidak boleh menjadi dua dunia terpisah. 
  • Harmoni berarti membangun komunikasi dua arah antara tim analitik dan tim bisnis.
  • Insight sosial harus menjadi bahan bakar strategi korporat. 

3. Interdependence (Saling Ketergantungan) 

  • Tanpa analitik sosial, strategi bisnis kehilangan sensitivitas terhadap publik. 
  • Tanpa strategi bisnis, analitik sosial kehilangan arah dan tujuan nilai. 
  • Keduanya saling memberi makna: data menginformasikan tindakan, tindakan menghasilkan data baru. 

Kepemimpinan yang mampu menjaga keseimbangan antara social insight (Yin) dan business execution (Yang) akan menciptakan organisasi yang: 

  • peka terhadap perubahan sosial, 
  • tangkas dalam beradaptasi, 
  • dan konsisten menciptakan nilai melalui data sosial. 

“Kontras antara analisis dan tindakan bukanlah pertentangan — tetapi sumber kekuatan dan keutuhan organisasi.” 

Referensi :  

  1. Khan, Gohar F. (2024), Creating Value with Social Media Analytics , 3rd Edition, Seatle WA 98108-0683 USA, CreateSpace Independent Publishing, ISBN: 9798325038679