Perubahan era industri baru yang menuntut peran industri dalam menjaga lingkungan dengan mengurangi limbah dan polusi, menyebabkan timbulnya green supply chain Management dalam penerapan strategi rantai pasok. Green supply chain management mengharuskan kegiatan-kegiatan industri untuk meningkatkan keseimbangan antara kinerja marketing dengan isu lingkungan yang melahirkan isu baru seperti penghematan penggunaan energi, dan pengurangan polusi dalam usaha peningkatan strategi kompetitif. Perusahaan merasakan perlunya memperbaiki jaringan kerja atau meningkatkan supply chain untuk reduksi limbah dan efisiensi operasi termasuk pada delivery produk dan jasa. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan dari green supply chain adalah untuk mempertimbangkan pengaruh lingkungan dari semua produk dan proses, termasuk pengaruh lingkungan yang berasal dari barang/produk dan proses mulai dari bahan baku sampai dengan produk jadi, dan final disposal produk tersebut.

Menurut Dheeraj (2012), GSCM merupakan sebuah inovasi dalam penerapan strategi rantai pasok yang didasarkan dalam konteks lingkungan yang mencakup aktivitas-aktivitas seperti reduksi, recycle, reuse dan subsitusi material. Toke (2010) menjelaskan bahwa konsep GSCM merupakan pengintegrasian perspektif lingkungan ke dalam manajemen rantai pasok mencakup desain produk, pemilihan dan seleksi sumber bahan baku, proses manufaktur, pengiriman produk akhir kepada konsumen serta pengelolaan produk setelah habis masa pakainya. Sehingga dapat disimpulkan konsep dari GSCM ini didasarkan pada perspektif lingkungan, yaitu bagaimana mengurangi limbah dan dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan rantai pasok perusahaan industri. Hal ini merupakan aspek non finansial jangka panjang penting terkait dengan lingkungan yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam menjaga hubungan baik demi keberlanjutan kegiatan rantai pasoknya di masa yang akan datang.

Ninlawan (2010) dan Toke (2010) menjelaskan terdapat beberapa fungsi operasional dan aktivitas-aktivitas dalam GSCM diantaranya:

1. Pengadaan hijau (Green Procurement)

Pengadaan hijau berkaitan dengan keadaan lingkungan pembelian yang terdiri dari keterlibatan dalam kegiatan pengurangan pembelian, pemakaian ulang dan daur ulang bahan pada proses pembelian. Pengadaan hijau adalah salah suatu solusi untuk lingkungan dan ekonomi konservatif bisnis dan konsep memperoleh pilihan produk dan jasa yang meminimalkan dampak lingkungan. Adapun kegiatan-kegiatan dalam pengadaan hijau antara lain :

1. Pemilihan supplier

Dalam sistem pengadaan hijau, pemasok tempat pembelian bahan hanya dari “mitra hijau” yang memiliki standar mutu lingkungan dan lulus proses audit serta mempertimbangkan pemasok yang mendapatkan ISO dan sertifikat terkait prestasi dalam konsep green.

2. Mempromosikan kegiatan daur ulang dalam usaha meningkatkan kesadaran lingkungan dan mengurangi penggunaan bahan yang berbahaya bagi lingkungan.

3. Manufaktur hijau (Green Manufacturing)

Manufaktur hijau merupakan proses produksi yang menggunakan input dengan dampak lingkungan yang rendah, sangat efisien dan menghasilkan sedikit bahkan tidak adanya limbah atau polusi. Manfaat dari penerapan manufaktur hijau yaitu dapat menurunkan biaya bahan baku, keuntungan efisiensi produksi dan meningkatkan citra perusahaan. Kegiatan-kegiatan dalam manufaktur hijau antara lain:

1. Pengontrolan penggunaan zat berbahaya, pemeliharaan kualitas air dan kontrol kualitas input sebelum pengolahan.

2. Teknologi efisiensi energi yaitu dengan mengurangi daya konsumsi dalam produk, meningkatkan masa hidup produk untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, meningkatkan kapasitas mesin, dan perbaikan desain produk.

3. Mempromosikan penggunaan kembali/daur ulang, meningkatkan kesadaran lingkungan dan mengurangi penggunaan bahan yang berbahaya bagi lingkungan.

4. Distribusi hijau (Green Distribution)

Kegiatan dalam distribusi hijau yaitu kemasan hijau dan logistik hijau.

1. Kemasan hijau, meliputi hemat kemasan, menggunakan bahan yang ramah lingkungan, bekerja sama dengan vendor untuk standarisasi kemasan, meminimalkan penggunaan bahan dan waktu untuk membongkar dan mempromosikan program daur ulang.

2. Logistik hijau, meliputi pengiriman langsung ke pengguna situs, penggunaan kendaraan bahan bakar alternatif dan mendistribusikan produk dalam batch

3. Logistik balik (Reverse Logistic)

Logistik balik merupakan proses mengambil produk dari konsumen akhir untuk tujuan meningkatkan nilai dan pembuangan yang tepat. Kegiatan-kegiatan dalam logistik balik antara

lain pengumpulan, gabungan inspeksi/ pemilihan/ penyortiran, pemulihan, redistribusi dan pembuangan.

==xxx==

Reference:

Dheeraj, N. dan N. Vishal. 2012. An Overview of Green Supply Chain Management in India. Research Journal of Recent Sciences ISSN 2277-2502. Vol. 1(6), 77-82, June (2012). India: Government Engineering College Jhalawar

Ninlawan. C., Seksan P., Tossapol K. dan Pilada W. 2010. The Implementation of Green Supply Chain Management Practices in Electronics Industry. Proc. Of The International Multiconference of Engineers and Computer Scientists. March 17-19 2010. Hongkong.

Toke, L.K et al. 2010. Green Supply Chain Management; Critical Research and Practices. Proceedings of the 2010 International Conference on Industrial Engineering and Operations Management Dhaka, Bangladesh, January 9 – 10, 2010